Rabu, 14 April 2010

shalawat wahidiyyah

PENGANTAR
Kondisi akhlak umat Islam pada akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan. Kriminalitas terjadi dimana-mana, korupsi merajalela, dan pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Ditengah kondisi ahklak yang rusak tersebut, diperlukan ajaran tasawuf yang berfaedah untuk mengendalikan ahklak manusia agar selalu berada dijalan-Nya serta mengamalkan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Salah satu tasawuf alternatif yang berguna untuk membangun ahklak umat adalah Shalawat Wahidiyah. Shalawat Wahidiyah ini berfungsi untuk menjernihkan hati dan ma’rifat billah wa rosulihi.

A. Shalawat Wahidiyah
Shalawat Wahidiyah didirikan oleh KH. Abdul Madjid Ma’roef. Ia adalah putra dari KH. Muhammad Ma’roef, pendiri pesantren Kedunglo Kediri. Shalawat Wahidiyah ini didirikan pada tahun 1956 yang dilatar belakangi oleh keprihatinan KH. Abdul Madjid Ma’roef terhadap kondisi ahklak umat yang semakin merosot.
Pada tahun 1959 inilah KH. Abdul Madjid Ma’roef mendapatkan alamat yang berupa mimpi yang isinya memerintahkan kepada beliau untuk mengamalkan Shalawat Wahidiyah . pada tahun 1963 KH. Abdul Madjid Ma’roef kembali mendapatkan alamat yang kedua dan ketiga yang disertai ancaman apabila tidak mengamalkan Shalawat Wahidiyah.
Susunan Shalawat Wahidiyah tidak sekaligus sempurna seperti yang kita lihat sekarang, tetapi melalui tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan kondisi umat pada saat itu. Dan pada tahun 1981 susunan Shalawat Wahidiyah telah sempurna.
Shalawat Wahidiyah sendiri adalah seluruh rangkaian amalan yang tertulis dalam lembaran Shalawat Wahidiyah dan ditambah dengan etika ketika mengamalkan Shalawat Wahidiyah.
Sedangkan nama Wahidiyah sendiri berasal dari salah satu nama Allah al A’dzom yaitu al-Wahidu. Kata al-Wahidu tersebut telah tertuang dalam permulaan shalawat Wahidiyah, Allahumma ya wahidu ya ahad.

B. Pengertian Tasawuf
Belum ada suatu kesepakatan dari para Sufi tentang pengertian dari tasawuf. Hal ini disebabkan karena para sufi mengemukakan pengertian mereka sesuai pengalaman mereka masing-masing.
Tasawuf menurut al-Junaid al-Bagdadi adalah keberadaan bersama Allah SWT tanpa adanya penghubung. Sedangkan arti tasawuf menurut Abu Muhammad Ruwaim bin Ahmad adalah kemerdekaan jiwa bersama Allah SWT atas apa yang dikehendaki-Nya.
Ma’ruf al-Karkhi menyebut tasawuf sebagai ketidakpedulian terhadap kenyataan dan mengabaikan apa yang ada ditangan makhluk.

Dari beberapa pengertian tasawuf diatas, Zakaria al-Anshari meringkas tasawuf sebagai cara menyucikan diri, meningkatkan ahklak dan membangun kehidupan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan abadi.

C. Organisasi Shalawat Wahidiyah
Sejak awal tahun 1964 Shalawat Wahidiyah terus disebarkan oleh pengikut-pengikutnya, tidak hanya terbatas dikalangan santri pesantren kedunglo saja melainkan juga masyarakat luas yang jumlahnya puluhan ribu orang.
Organisasi Shalawat Wahidiyah adalah organisasi keagamaan yang non-politik serta bersifat independen. DPP PSW (Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Shalawat Wahidiyah) periode 2006-2011 berpusat di Pesantren At-Tahdzib Rejoagung, Ngoro, Jombang.

D. Aplikasi Shalawat Wahidiyah
Yang dimaksud dengan ajaran Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan bathiniyah, berpedoman kepada al-quran dan al-Hadis dalam melaksanakan tuntunan Rosululloh. Meliputi bidang iman, islam, dan ihsan. Mencakup segi syariat, segi haqiqah, dan segi ahklak. Disamping mengamalkan Shalawat Wahidiyah ini, supaya melatih hati dengan menerapkan Ajaran Wahidiyah yaitu: “ lillah billah” dan “lirrosul birrosul” serta berusaha melaksanakan “yukti kulla dzi haqqin haqqoh” dengan prinsip “taqdimul aham fal aham tsummal anfa’ fal anfa’.
Shalawat Wahidiyah ini diamalkan 40 hari berturut-turut. Setiap hari sedikitnya menurut bilangan yang telah ditentukan dalam sekali duduk. Boleh juga selama 7 hari berturut-turut, namun bilangannya dilipatkan 10 kali.
Setelah selesai mengamalkan 40 hari atau 7 hari berturut-turut, maka pengamalan supaya diteruskan. Bilangannya bias dikurangi sebagian atau seluruhnya, namun lebih banyak lebih baik. Bagi wanita yang sedang udzur cukup membaca shalawatnya saja tanpa membaca fatihah. Adapun fafirru ilalloh dan waqul…..boleh dibaca dengan berniat membaca doa.
Bagi yang belum bias membaca Shalawat Wahidiyah ini seluruhnya , boleh membaca bagian mana yang sudah bias saja, atau membaca yaa sayyidi yaa rosuulalloh selama kurang lebih 30 menit.

E. Realitas di Lapangan
Sebagaimana ajaran Wahidiyah yang telah disebutkan diatas, para pengamal Shalawat Wahidiyah dituntut untuk mengikuti keweajiban Nabi, tidak melaksanakan larangan Beliau, mengikuti akhlak lahiriyah Nabi, dan mengikuti akhlak batiniah Beliau.
Dengan mengamalkan Shalawat Wahidiyah ini diharapkan para pengamalnya dapat mengabdikan diri (beribadah) kepada Allah dengan ihlas, serta memuliakan dan mencintai Nabi SAW.
Setelah mengamalkan Shalawat Wahidiyah para pengamalnya merasakan ada semacam gertaran –getaran yang sangat dahsyat rasa cinta kepada Rosulullah serta I’timad terhadap gurunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar