Jumat, 07 Mei 2010

MPDP Arab

BAB I
PENDAHULUAN

I.A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa arab merupakan sebuah bahasa yang memiliki berbagai keistimewaan dibanding bahasa yang lain, yaitu sebagai bahasa Islam, bahasa Al-Quran dan juga bahasa sumber hukum Islam. Allah berfirman dalam Surat Yunus:2 انا انزلنه قراناعربيا لعلكم تعقلونartinya: Sesungguhnya Kami menurunkan al-Quran dengan bahasa arab supaya kamu memahaminya.
Dan juga hadis nabi yang diriwayatkan oleh Tabrani yang artinya: Cintailah bahasa arab karena tiga hal yaitu bahwa saya (nabi) adalah orang Arab, al-Quran berbahasa Arab, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab. Dan juga perkataa sahabat Umar yang artinya: Bersemangatlah kalian dalam berbahasa arab karena itu merupakan sebagian agamamu.
Mengingat betapa pentingnya bahasa arab bagi kaum Muslimin, di Indonesia sendiri juga diajarkan pelajaran bahasa arab, terutama di Madrasah-madrasah dan pondok pesantren. Namun, tingkat keberhasilan pengajaran bahasa arab di Indonesia masih sangat jauh dari memuaskan. Maka dari itulah diperlukan sebuah manajemen pembelajaran bahasa arab yang lebih matang untuk menunjang keberhasilan pengajaran bahasa arab. Disamping itu, diperlukan pula komitmen jihad dan komitmen niat belajar yang tulus.

I.B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian manajemen itu?
2. Apa fungsi manajemen?
3. Bagaimana menerapkan pola pembelajaran bahasa arab yang tepat menuju sebuah manajemen yang terpadu?
4. Bagaimana tinjauan paham teologis dan kultural terhadap manajemen pendidikan bahasa arab?


I.C. TUJUAN PEMBAHASAN
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengertian manajemen
2. Fungsi manajemen
3. Penerapan pola pembelajaran bahasa arab yang tepat menuju sebuah manajemen yang terpadu
4. Tinjauan paham teologis dan kultural terhadap manajemen pendidikan bahasa arab

BAB II
PEMBAHASAN

II.A.Pengertian Manajemen
Para pakar masih berbeda pendapat dalam mendefinisikan manajemen. Robert Kreitner seorang ahli dari Arizona State University seperti yang dikutip Zarkawi Soejoeti mendefinisikan manajemen sebagai berikut:
Management is the process of working with and though others to achieve organizational objective in a changing environment. Central to this process is the effective and efficient use of limited resources.
Dalam bukunya yang berjudul Management is Science, Luter Gulick mengartikan manajemen sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Sedangkan Pieter F Druker dalam bukunya Management Take Responsibilities mengartikan manajemen sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Dari beberapa pengertian manajemen diatas , belum ada kesepakatan dalam mendefinisikan manajemen. Namun dapat diambil fokus bahwa manajemen menyangkut derajat ketrampilan tertentu, dan untuk memahaminya perlu diadakan pendekatan berdasarkan pengalaman Manajer. Jadi manajemen merupakan suatu system yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya dan manajer merupakan aspek orang sebagai pelakunya.

II.B. Fungsi Manajemen
Fungsi Manajemen adalah sebagai berikut : 1)
1. Perencanaan (planning), dalam suatu usaha orang akan bertanya apa maksud dan tujuan usaha tersebut, lalu timbullah fungsi perencanaan. Perencanaan adalah menetapkan sebelumnya hal-hal yang mengarah ketindakan untuk berbuat.
2. Mengorganisasi (organizing), yaitu bagaimana menetapkan cara memilah dan memecah pekerjaan yang ada menjadi unit-unit yang dapat dikelola dengan baik.
3. staffing, yaitu memilih orang-orang yang berkualifikasi untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan.
4. Directing (pengarahan), yaitu bagaiman cara menuntun manusia melakukan pekerjaan yang dimaksud menuju suatu target yang diinginkan.

1)Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. hal 145
5. Controlling (pengawasan), yang merupakan alat untuk menilai hasil dari rencana yang dicanangkan pada fungsi pertama, kemudian memberikan imbalan pada staf sesuai kinerja yang ditunjukkan dan merencanakan kembali serta memperbaiki hal-hal yang belum sempurna.

II.C. Menerapkan Pola Pembelajaran Bahasa Arab yang Tepat Menuju Sebuah Manajemen yang Terpadu
Ada berbagai titik perhatian yang patut menjadi pembahasan dari berbagai definisi manajemen diatas, yaitu :
1. Bekerja dengan dan melalui orang lain. Karena seorang pimpinan itu bekerja dengan dan melalui orang lain, maka pimpinan tidak boleh bersikap :
a) Tidak peka terhadap orang lain, bergaya kasar, mengintimidasi, dan menahan-nahan karir orang lain;
b) Dingin, menjauhkan diri dari orang lain dan angkuh;
c) Tidak amanah;
d) Sangat ambisius, main politik terus;
e) Terlalu berat sebelah, picik, dan kurang adil;
f) Over managing, tidak mampu melimpahkan tugas atau membentuk tim;
g) Tidak mampu mengurus staf secara efektif;
h) Tidak mampu menyesuaikan dengan atasan yang mempunyai gaya lain;
i) Sangat tergantung pada pendukung dan penasehatnya.
2. Sasaran dan tujuan organisasi. Sasaran organisasi dan tujuan organisasi akan menentukan maksud dan arah dari proses manajemen. Sasaran organisasi juga menjadi tolok ukur kinerja sebuah organisasi.
3. Lingkungan yang sering berubah. Seorang manajer tidak boleh pasif dan gampang terbawa oleh perubahan lingkungan. Kenyataan ini harus senantiasa disadari oleh manajer dan ia harus pandai mempertimbangkan lima unsure perubahan yang mungkin berdampak besar pada praktek manajemen yakni lingkungan fisik, lingkungan budaya, lingkungan informasi, lingkungan politik, dan lingkungan moral. Seperti yang dikemukakan oleh Alfin Tofler dalam bukunya The Third Wafe.
4. Efektifitas dan efisiensi.Keseimbangan hasil guna dan daya guna perlu diperhatikan. Pekerjaan bisa selesai (efektif) tapi juga harus efisien, tidak boros dan tidak mubadzir. Menekan salah satunya akan berdampak dan berakir dengan mismanajemen.
5. Sumber-sumber yang terbatas. Dalam setiap organisasi, pimpinan adalah pengawas dari sumber-sumber yang terbatas. Tugasnya adalah menjaga agar sumber-sumber daya yang terbatas itu digunakan dengan efektif dan efisien.
Untuk mengoptimalkan berhasilnya pengajaran bahasa arab, diperlukan manajemen yang terpadu. Dari mana harus dimulai? Jelas hal ini harus dimulai dari pucuk top manajer. Menurut R. Alec Mackenzie, ada tiga unsure dasar manajemen yang patut diingat, yaitu: pertama: unsure ide yang berkaitan dengan pemikiran konseptual dimana perencanaan merupakan bagian terpenting. Kedua: unsure sesuatu (think) yang berkaitan dengan administrasi. Ketiga: unsure manusia (people) yang berkaitan dengan cara bagaimana cara mengarahkan manusia (kepemimpinan).
Sekarang yang mana yang didahulukan, “sesuatu” “manusia”atau “ide”? Mahasiswa baru pada Fakultas Manajemen di Amerika dan Kanada menurut Mendonca, bila ditanya yang mana yang terpenting didalam manajemen. Mereka menjawab “uang” yang berarti sesuatu. Akan tetapi ternyata banyak bankyang mau menyerahkan uangnya namun kesulitan mendapatkan orang pintar untuk mengatur uang tersebut. Untuk mengatur uang tersebut diperlukan pokok-pokok pikiran (ide). Berarti ide itulah yang pertama dan utama, kemudian sesuatu dan selanjutnya manusia.

II.D. Tinjauan Paham Teologis dan Cultural Terhadap Manajemen Pendidikan bahasa Arab
Diskursus manajemen pendidikan bahasa arab tidak terlepas dari perbincangan tentang manajemen sumber daya manusia. Perbincangan tentang teologi dalam kaitannya dengan judul diatas adalah juga perbincangan tentang daya piker manusia menangkap dan memahami suatu signal transcendental dalam hubungannya dengan kiprah kinerja dan prestasi pembelajaran di dunia yang lazim disebut paham teologi. Hal yang sama juga terkait dengan dimensi budaya manusia, begitu pula dengan psikologi bahkan teori pendidikan bahasa asing yang akhir-akhir ini melahirrkan teori pendekatan yang disebut psycholinguistic approach yang mau tidak mau landasan filosofisnya berimbas ke pendidikan bahasa arab.
Menurut Harun Nasution ada asumsi yang mengatakan bahwa yang banyak berkembang di Indonesia adalah paham teologi jabariah yang tidak menyokong bagi peningkatan produktifitas. Oleh karena itu, jika produktifitas dan kinerja masyarakat kita terasa kurang meningkat maka yang patut disalahkan adalah pandangan teologi tersebut. Sejalan dengan itu, Prof. Mendonca dan Prof. Kanungo mengatakan bahwa ada pula asumsi yang menyatakan negara-negara sedang berkembang memiliki dimensi budaya yang kurang mendukung bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini disebabkan antara lain dianutnya paham yang berimplikasi fatalis.
Sebagian pakar menyimpulkan bahwa dimensi budaya kerja erat kaitannya dengan paham teologi bangsa atau kelompok masyarakat tertentu. Sementara dimensi budaya kerja tertentu memerlukan manajemen kerja yang sesuai. Dalam kaitannya dengan pendidikan bahasa arab, paham teologi yang dianut dan dimensi budaya yang dipegangi memerlukan manajemen kinerja pendidikan dan pengelolaan pembelajaran yang sesuai.
Hasil penelitian dari tahun 1998-2000 di Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah menunjukkan secara total masyarakat Indonesia memang berpreferensi cenderung ke paham teologi yang meyakini kehendak mutlak Tuhan yang kelihatannya berimplikasi agak ke Jabariah, dan tidak ada satu persen dari responden yang berfaham Qodariah murni. Sejalan dengan itu ditemukan juga adanya anutan dimensi lingkungan social budaya negara sedang berkembang yang tampak berimplikasi fatalistic agak tinggi seperti dipendensi dan paternalistik. Selanjutnya didua wilayah tersebut menunjukkan bahwa pandangan dimensi budaya responden secara total berdasarkan uji statistik berhubungan secara fungsional dengan paham teologi yang dianut.
Kecenderungan seseorang untuk mengakui kehendak mutlak Tuhan lalu dianggap agak fatalistic bisa jadi disebabkan karena keyakinannya dan keteguhannya dalam beragama yang sangat kental, karena seseorang dalam kesadaran imannya tidak ingin terjatuh pada tindakan dosa karena melanggar larangan Alloh, dan karena lingkungan sosio cultural yang mengitarinya.
Pada dasarnya kelebihan ajaran Islam terletak pada keseimbangan yang diajarkannya. Menjadi kaya raya dan menjadikan dunia dalam genggaman tangannya seyogyanya menjadi dambaan setiap Muslim, tetapi menjadikan kekayaan sebagai buah mata hati dan tujuan akhir dalam hidup ini adalah sesuatu yang patut ditolaknya. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan etos kerja dalam Islam pada umumnya tampak biasa dilencengkan dan disalah tafsirkan karena penafsirannya terhadap al-Quran dan Hadis didasarkan pada pengertian bacaan secara literal dan setengah-setengah ketimbang hasil analisis sintesis akan jiwa dari ajaran Islam secara utuh.
Dalam kaitannya dengan manajemen pendidikan bahasa arab, bila produktifitas kerja atau hasil pembelajaran seseorang atau suatu komunitas seseorang hendak diteliti, maka beberapa factor hendaknya dipikirkan. Misalnya masalah motifasi kerja atau motifasi belajar yang melibatkan masalah konpensasi dalam ilmu manajemen memunculkan teori harapan (Expectancy Theory) atau masalah sikap dan kebijakan organisasi, guru, dan pimpinan. Bisa saja hubungan internal didalam diri dan diantara orang-orang yang terlibat didalam proses pembelajaran semua merupakan factor yang dapat mempengaruhi kinerja lembaga pendidikan atau hasil pembelajaran seseorang.
Temuan-temuan diatas berimplikasi perlunya suatu kajian teologi yang membumi berupa manajemen teologi dan yang menandaskan bahwa untuk meningkatkan kinerja akademika suatu lembaga pendidikan, sebagaimana juga dengan efektifitas pembelajaran seseorang, disarankan perlunya diterapkan manajemen kinerja dengan kepemimpinan dan keguruan yang nurturant dengan segala prosesnya sambil memperhatikan segi-segi penyesuaian budaya(cultural fit), atau nilai-nilai budaya yang dianut.
Nurturant taks dalam konteks Indonesia adalah suatu usaha bagi para pengelola, pengajar, atau pemimpin untuk berfungsi sebagai pendidik atau pemahat, pembentuk dengan segala syarat yang harus dimilikinya dan kasih saying serta kepeduliannya yang harus dilimpahkannya pada bawahannya atau muridnya, bukan sebagai petinggi yang bertindak sewenang-wenang. Bawahan atau murid pada masyarakat sedang berkembang, sebagaimana ditunjukkan hasil penelitian diatas biasanya dating dalam keadaan tidak bebas berfikir, selalu melihat kekuasaan mutlak ada diatas, ada jarak kekuasaan, kurang tegas, patneralistik. Bagi mereka seorang guru atau atasan adalah seorang pengayom, contoh, dan lambing kebijakan.2)
Dengan segala kasih sayangnya yang berniat untuk mengembangkan muridnya dan para pegawainya untuk dijadikan manusia-manusia yang maju, berkembang, seorang pemimpin atau guru yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diteladani, memberikan contoh-contoh tentang kebiasaan kerja dan belajar yang baik, serta gaya hidup yang mempesonakan dan penuh vitalis, tapi perlakuannya dalam hubungan dengan muridnya atau bawahannya perlu mendapat catatan tersendiri. Ia harus selalu siap memberikan peluang untuk ditanya, memunculkan dialog bersama sehingga mereka bersama dapat memikirkan dan menghasilkan kebenaran belajar dan kerja abadi melalui proses pemberdayaan dan proses pelatihan yang kontinyu.
Menurut Mc Clelland, pemberdayaan serta pelatihan-pelatihan dan pemberian motifasibelajar dan kerja perlu dilakukan dalam rangka pertumbuhan sikap hidup yang mendambakan prestasi (need of achievement) dalam setiap kerja

2) Ibid 150
yang ditekuni, demi untuk mengurangi sikap bergantung dan tidak gentar menghadapi rintangan dengan harapan dapat membuat dimensi budaya negatif tereliminir. Lebih lanjut, Clelland mengatakan bahwa perkembangan suatu bangsa terserah pada tinggi rendahnya kebutuhan pemimpin yang dimilikinya. Kebutuhan akan prestasi penting untuk meningkatkan motifasi yang sedikit demi sedikit dapat mengurangi kadar dari sikap fatalis yang dimiliki seseorang. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak pertemuan dan menghasilkan semacam pelatihan dan ini sangat mudah diaplikasikan dalam kontek masyarakat yang cenderung Jabariah. 3)
Ditinjau dari segi prespektif teologis dan cultural, kepedulian adalah salah satu kata kunci dalam manajemen pendidikan bahasa arab. Top manajer peduli pada pengelola menengah yang ada dibawahnya, pengelola menengah peduli pada staf dan pendidik di lapangan, dan para pendidik peduli pada peserta didik, serta peserta didik peduli terhadap apa yang ia pelajari.






















3)Ibid 153

BAB III
PENUTUP

Belum ada kesepakatan diantara para ahli tentang definisi manajemen.ada yang mengartikan manajemen itu sebagai kiat seperti yang dikatakan oleh Pieter F Druker, dan ada pula yang mengartikan manajemen sebagai ilmu seperti kata Luter Galick.
Ada lima unsure fungsi manajemen yang saling berkesinambungan yaitu: fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi mengarahkan, dan fungsi pengawasan.
Untuk mengoptimalkan berhasilnya pengajaran bahasa arab di Indonesia, diperlukan suatu kerja sama yang baik diantara murid, guru, dan lingkungan. Seorang murid harus bersungguh-sungguh dalam belajar dengan cara memperbanyak membaca, menghafal, belajar, dan berlatih. Begitu pula dengan Guru, seorang Guru harus harus menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan, tidak membosankan, serta sering membuat contoh-contoh kalimat dan kata.
Selain kerja sama yang baik diantara murid, guru, dan lingkungan, juga diperlukan suatu metode penyampaian materi bahasa arab yang tepat, serta manajemen pengajaran yang lebih matang.




DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005.

1 komentar:

  1. maaf sepertinya ada salah pengertian dalam 3 unsur manajemen yaitu "think" yang berarti pemikiran. sedangkan author menyebutkan sesuatu. dalam bahasa inggris "sesuatu" adalah "thing".
    tolong di koreksi ulang. terimakasih. semoga membantu.

    BalasHapus